28 Januari 2017. Aku terbangun dengan cara biasanya, yaitu mendengar suara Mama yang ada di ambang pintu kamarku. Aku pun terbangun dan shalat dan juga tiduran lagi, it was just a normal morning just like before. Mama memberikan reminder untuk seisi rumah "Nanti main ke rumah Budhe Al ya, seperti rencana kemarin." Ach je, das hab ich vergessen, batinku. Kemarin memang itu sih rencananya untuk menengok Pakde yang sedang sakit sekalian bersilaturahmi. "yaudah ma, aku mandi dulu ya tapi." Entah kenapa hatiku berkata untuk mandi pagi yang biasanya tidak aku lakukan kalau libur (padahal libur terus sampe terbang ke Jerman besok. he he he) dan spontan kami ber-4 pun mandi pagi. Singkat cerita siaplah kami dan kami langsung cus ke rumah Budhe Al yang terletak di daerah Kota Gede, daerah selatan kota Jogja. Tapi sebelum ke sana kami punya ritual untuk pergi ke tempat makan favorit kami yaitu.... Soto Lamongan. Yah kami ber4 memang pecinta soto, apalagi makan di pagi hari. Sesampai di sana kami makan Soto Lamongan (yaiyalah) dan aku dan kakakku memesan Es Teh. Soto kali ini agak berbeda karena daging sapi yang dipotong terlalu besar, dan aku secara tidak sadar memasukkan daging itu ke mulut, dua daging. Terus apa yang terjadi? Ya mblenger lah, mbok pikir. Well semuanya berjalan normal, sampai mama menawarkan bumbu pecel kesukaannya ke orang di depannya, dan di terima. Lalu terjadilah basa basi "Walaah pagi-pagi sudah minum es teh ya mas, mbak. pantes badannya gemuk semua." Aku dan kakakku pun suddenly diam dan saling bertatapan. Setelah beliau pergi langsung deh komentar "Hubungannya es sama gemuk apa coba dek? gak nyambung banget" "sudah biarkan saja mbak, memang orang terkadang mehubungkan hal yang sebenarnya tidak berhubungan" "sirik mereka karena badannya gak besar kali" (oke sebenernya ini gak penting). Langsunglah kami cuuus ke rumah Bude Al.
Sesampai di sana, kami pastinya disambut oleh Bude Al Mbak Ratih (anak keduanya budhe) dan Mas Deddy, suaminya yang baru pulang dari berlayar selama 8 bulan). Ah nice to meet you again, mas sudah lama tak bersua, juga disambut dengan kedua anak mereka, Aisyahdira dan Ibrahim yang biasa dipanggil Kicak dan Baim. BTW mereka itu miniaturku sama Mbak Ayu lho, baik dari muka maupun lucunya hehe(?). Seperti biasa kami langsung masuk dan menengok keadaan Pakde yang alhamdulillah sudah membaik. Lalu Mas Deddy memberi sesuatu ke kami. "Eh mas, coklat? Dari Eropa?" "Iyo bim dari Swis. Oh sama ini juga permen kopi." Aaaah betapa bahagianya aku mendapat coklat dari negara tetangganya Jerman. "Wih coklat mahal tu, mama simpen di tas ya." dan kami pun lanjut mengobrol dan tema yang mendominasi adalah pengalamannya Mas Deddy saat berlayar,. Bertemu dengan orang Jerman yang disiplinnya pol dan kalau makan pasti piringnya bersih beda dengan Italia, bertemu orang Brazil yang notabene banyak tukang copet dan doyan parti, orang India yang limis di depan bos tapi kerjanya malas, dll. Tak lama kemudian Mbak Vira, anak pertama Bude, bersama suami tercintahnya Mas Sandy yang kerja di Cikarang dan kebetulan libur. Obrolanpun semakin seru, ditambah Mas Sandy membagi ilmu Psikologinya saat pelatihan pegawai, tapi sayangnya gak akurat sih, hehe sorry ya Mas. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11. Bude Al spontan mengajak "Ayok keluarganya Banu ikut makan siang di Sate Pak Pong." "Ayolaaah om ikut, mobilnya cukup kok nanti Vima dateg juga" kata mbak Ratih sambil menggendong Kicak. "Yawislah ayuk." Papa menjawab dengan nada ngapaknya. "Nah ngana kie, sate kambinya mantab lho" jawab Bude Al dengan nada ngapaknya pula. Eh wait...... aku dan Mbak Ayu saling bertukar pandangan "KAMBING????! NO!!!" Teriak kami histeris dan suasanapun hening, yang terdengar hanya suara dari Tabnya Kicak yang berbunyi LET IT GOOO~ dengan Kicak menari-nari macam balet muter-muter di tengah keheningan, dan sampe pusing dan nggliyer (actually ini gak relevan). Kami benci daging kambing, titik. "Wah sayang lho Bimar Ayu, padahal hewan yang disunahkan di Al-Quran untuk di makan itu cuma kambing lho." Mas Sandy angkat bicara. "Tep aja mas mau disunahkan baunya tetep prengus." kata kami. "Yaudah makan nasgornya aja ya kalo gaksuka kambing." Okelah enak kalo nasgor kambing.... kecuali kambingnya, he he he.
Tak lama kemudian datanglah mobil Pazzero satu yang tidak lain berisi Mbak Vima, anak ketiga dan terakhir Bude Al, dan suaminya, Mas Widi juga dengan anak perempuannya Caca. Nah lengkap sudah ini, tinggal cus, jadi ini bisa dibilang "Bude Al's Empire feat. Himawan's Famiy." hmmm mendorong *eh menarik. dann gingen wir zum Pak Pong's Restaurant. Eh tapi katanya deket kok ternyata lumayan jauh juga ya, tp gapapalah toh endingnya sampe. Sesampai di sana kami duduk dan memesan makanan. "Sate Klataknya berapa nih? Satenya biasanya berapa? Siapa yang pesan tengkleng kambing?" Tanya mbak Vira, dan endingnya "siapa yang pesen Nasgor?" dan hanya aku dan Mbak Ayu yang angkat tangan, spontan semua pandangan tertuju pada kami bahkan seluruh restoran memandang kami juga anak-anak yang sedang main ayunan (halah lebay), dan kali ini gaada lagu LET IT GOOO lagi. Ya gimana di tempat makan kambing gak makan kambing, lucu. Yah tapi kami bangga pada pilihan kami. Singkat cerita kami makan, semua memakan daging kambing dengan nikmat sampai merem-merem berasa iklan, sedangkan aku dan mbak Ayu hanya geleng-geleng. "Mbak pusing aku nyium baunya." "Sama dek, yaudah keluar yok cari minum." Kami keluar dan kami membeli minum "Mbak beli apa?" "Ini enak dek." Aku menengok dan sedikit shocked. "Kamu doyan saparela mbak?" "Ih enak lho" "iya aku tau kalo enak, kamu doyan? Itu bir lho." aku menakit-takutinya "Halah mbok gausah boong wong ini bir tanpa alkohkol kok." "hehe tau aja."
Selesailah kami makan dan ternyata oh ternyata, gak hanya berhenti di restoran kambing ini aja trip kami. Mama datang dan bertanya "Mbak Dek, ini rencana mau beli Duren di daerah godean. Ikut gak?" "weh mah aku mau nonton Teater nanti maghrib" "Palingan ashar udah pulang." "Dan setelah ashar aku ada janji sama temenku." und nach der langen Diskution terbentuklak keputusan "Ketemu sama temenmu bisa diundur, dek. Ini jarang lho main sama Bude Al's Empire." "Kuy lah, enakin aja" dan pergilah kami dengan personil yang sama, tapi kali ini Keluarga Himawan's berada di mobil Pazzero nya Mas Widi. Daaaaan pergilah kami ke tempat yang-katanya-di-daerah-godean itu untuk membeli Durian, hmmmm buah yang beralkohol dan berbau menyengat yang enak dimakan pada musimnya. Tak lama kemudian ketiga mobil itu pun berjalan menuju barat laut. Tak lama kemudian apa yang terjadi? Macet. Dan gak hanya itu, tiba-iba Caca pun menangiiiiis tak henti-henti. Perdebatan pun terjadi dan sempat kepikiran untuk pulang. Tapi keputusan pun telah diambil "Yaudah kita nganter Caca pulang dulu aja ya. Kasihan ngantuk dia." oke dan perjalanan ke Godean pun dimulai.
-To Be Continued-
Sesampai di sana, kami pastinya disambut oleh Bude Al Mbak Ratih (anak keduanya budhe) dan Mas Deddy, suaminya yang baru pulang dari berlayar selama 8 bulan). Ah nice to meet you again, mas sudah lama tak bersua, juga disambut dengan kedua anak mereka, Aisyahdira dan Ibrahim yang biasa dipanggil Kicak dan Baim. BTW mereka itu miniaturku sama Mbak Ayu lho, baik dari muka maupun lucunya hehe(?). Seperti biasa kami langsung masuk dan menengok keadaan Pakde yang alhamdulillah sudah membaik. Lalu Mas Deddy memberi sesuatu ke kami. "Eh mas, coklat? Dari Eropa?" "Iyo bim dari Swis. Oh sama ini juga permen kopi." Aaaah betapa bahagianya aku mendapat coklat dari negara tetangganya Jerman. "Wih coklat mahal tu, mama simpen di tas ya." dan kami pun lanjut mengobrol dan tema yang mendominasi adalah pengalamannya Mas Deddy saat berlayar,. Bertemu dengan orang Jerman yang disiplinnya pol dan kalau makan pasti piringnya bersih beda dengan Italia, bertemu orang Brazil yang notabene banyak tukang copet dan doyan parti, orang India yang limis di depan bos tapi kerjanya malas, dll. Tak lama kemudian Mbak Vira, anak pertama Bude, bersama suami tercintahnya Mas Sandy yang kerja di Cikarang dan kebetulan libur. Obrolanpun semakin seru, ditambah Mas Sandy membagi ilmu Psikologinya saat pelatihan pegawai, tapi sayangnya gak akurat sih, hehe sorry ya Mas. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11. Bude Al spontan mengajak "Ayok keluarganya Banu ikut makan siang di Sate Pak Pong." "Ayolaaah om ikut, mobilnya cukup kok nanti Vima dateg juga" kata mbak Ratih sambil menggendong Kicak. "Yawislah ayuk." Papa menjawab dengan nada ngapaknya. "Nah ngana kie, sate kambinya mantab lho" jawab Bude Al dengan nada ngapaknya pula. Eh wait...... aku dan Mbak Ayu saling bertukar pandangan "KAMBING????! NO!!!" Teriak kami histeris dan suasanapun hening, yang terdengar hanya suara dari Tabnya Kicak yang berbunyi LET IT GOOO~ dengan Kicak menari-nari macam balet muter-muter di tengah keheningan, dan sampe pusing dan nggliyer (actually ini gak relevan). Kami benci daging kambing, titik. "Wah sayang lho Bimar Ayu, padahal hewan yang disunahkan di Al-Quran untuk di makan itu cuma kambing lho." Mas Sandy angkat bicara. "Tep aja mas mau disunahkan baunya tetep prengus." kata kami. "Yaudah makan nasgornya aja ya kalo gaksuka kambing." Okelah enak kalo nasgor kambing.... kecuali kambingnya, he he he.
Tak lama kemudian datanglah mobil Pazzero satu yang tidak lain berisi Mbak Vima, anak ketiga dan terakhir Bude Al, dan suaminya, Mas Widi juga dengan anak perempuannya Caca. Nah lengkap sudah ini, tinggal cus, jadi ini bisa dibilang "Bude Al's Empire feat. Himawan's Famiy." hmmm mendorong *eh menarik. dann gingen wir zum Pak Pong's Restaurant. Eh tapi katanya deket kok ternyata lumayan jauh juga ya, tp gapapalah toh endingnya sampe. Sesampai di sana kami duduk dan memesan makanan. "Sate Klataknya berapa nih? Satenya biasanya berapa? Siapa yang pesan tengkleng kambing?" Tanya mbak Vira, dan endingnya "siapa yang pesen Nasgor?" dan hanya aku dan Mbak Ayu yang angkat tangan, spontan semua pandangan tertuju pada kami bahkan seluruh restoran memandang kami juga anak-anak yang sedang main ayunan (halah lebay), dan kali ini gaada lagu LET IT GOOO lagi. Ya gimana di tempat makan kambing gak makan kambing, lucu. Yah tapi kami bangga pada pilihan kami. Singkat cerita kami makan, semua memakan daging kambing dengan nikmat sampai merem-merem berasa iklan, sedangkan aku dan mbak Ayu hanya geleng-geleng. "Mbak pusing aku nyium baunya." "Sama dek, yaudah keluar yok cari minum." Kami keluar dan kami membeli minum "Mbak beli apa?" "Ini enak dek." Aku menengok dan sedikit shocked. "Kamu doyan saparela mbak?" "Ih enak lho" "iya aku tau kalo enak, kamu doyan? Itu bir lho." aku menakit-takutinya "Halah mbok gausah boong wong ini bir tanpa alkohkol kok." "hehe tau aja."
Selesailah kami makan dan ternyata oh ternyata, gak hanya berhenti di restoran kambing ini aja trip kami. Mama datang dan bertanya "Mbak Dek, ini rencana mau beli Duren di daerah godean. Ikut gak?" "weh mah aku mau nonton Teater nanti maghrib" "Palingan ashar udah pulang." "Dan setelah ashar aku ada janji sama temenku." und nach der langen Diskution terbentuklak keputusan "Ketemu sama temenmu bisa diundur, dek. Ini jarang lho main sama Bude Al's Empire." "Kuy lah, enakin aja" dan pergilah kami dengan personil yang sama, tapi kali ini Keluarga Himawan's berada di mobil Pazzero nya Mas Widi. Daaaaan pergilah kami ke tempat yang-katanya-di-daerah-godean itu untuk membeli Durian, hmmmm buah yang beralkohol dan berbau menyengat yang enak dimakan pada musimnya. Tak lama kemudian ketiga mobil itu pun berjalan menuju barat laut. Tak lama kemudian apa yang terjadi? Macet. Dan gak hanya itu, tiba-iba Caca pun menangiiiiis tak henti-henti. Perdebatan pun terjadi dan sempat kepikiran untuk pulang. Tapi keputusan pun telah diambil "Yaudah kita nganter Caca pulang dulu aja ya. Kasihan ngantuk dia." oke dan perjalanan ke Godean pun dimulai.
-To Be Continued-