Malam ini aku sedang (berusaha) fokus mengerjakan skripsiku yang insyaAllah sebentar lagi kelar. Tiba-tiba Mama minta tolong untuk bantuin ngetik nama mahasiswanya. Karena skill ngetik saya jago yaudah deh makanya dimintain tolong. Tapi di luar dugaan, selesainya lebih lama daripada yang aku bayangkan. Bukan karena ngetiknya bukan karena apanya ya, tapi satu hal yang bikin lama yaitu spelling nama dan mastiin gaada yang typo dan gaada yang salah ketik. Setelah itu, muncul deh ide untuk nulis postingan ini yang padahal masih harus baca beberapa paper untuk bimbingan skripsi besok haha tapi gapapa sedikit beralih perhatian sebentarlah.
Mungkin banyak yang menyepelekan perihal "nama" tapi jangan salah lho karena nama itu adalah salah satu identitas dan mahkota dari semua orang. Tapi masih banyak banget orang yang nyepelein perihal ini, mulai dari misspelling, mispronouncing, etc pokoknya. Jadi aku akhir-akhir ini (actually sejak lama sih) punya sedikit issue yang bersangkutan dengan "nama" dalam beberapa aspek yang mungkin pengen aku ceritain dikit di postingan ini.
Issue di sini yang aku rasakan secara pribadi. Issue nama itu selain misspelling (di mana namaku tidak pernah misspalled), salah satunya issue penyingkatan nama. Jadi penyingkatan nama itu merupakan salah satu hal kruisal buat aku, bukan cuma karena bakal dipake di dokumen resmi tapi juga menunjukan identitas orang tersebut. Nama lengkapku kan "Bimar Razak Maulana" yang di mana memang gausah disingkat aja juga sudah cukup karena kurang dari 20 huruf. Tapi at some point, pasti nama kita akan disingkat, kan? Nah di sini yang kadang aku gak nyaman kalo orang nyingkat namaku dengan singkatan yang gak aku kehendaki. Aku pribadi selalu berkehendak dan menyingkat atau bahkan menghilangkan nama tengahku yang bakal jadinya "Bimar R. Maulana" atau "Bimar Maulana". Kenapa gak "Bimar Razak" atau "Bimar Razak M."?? Yaaa karena aku selalu beranggapan kalau nama yang penting itu nama depan + nama belakang, secara internasional juga gitu kan karena dari kecil aku diajarkan ortu dan kakakku gitu. TAPI NIIIIH sering banget namaku disingkat jadi "Bimar Razak M." which I'm not really comfortable with. Bahkan ada yang nulisnya jadi "Bimar Razak" doang, haduuh kenapa gak tanya gitu lho jadi rasanya ngganjel bgt. Ini terjadi beberapa kali di list nama formal maupun informal. Okelah kalau misal itu dosen yang ngelist karena orang Indonesia memang kecenderungan menyingkat nama belakang (itu aja kadang excelnya ditulis Maulana masih cukup, masih aja disingkat M. hadeeh), nah yang aku sayangkan kalo misal temenku sendiri yang nulisnya gitu padahal mereka tahu akun sosmedku semuanya @bimarmaulana kenapa masih ditulisnya gitu yaa. Next time kudu bisa peka lah ya sama orang
Nah satu issue lagi niih yang bener-bener bikin aku gak nyaman, yaitu nama panggilan. Dari kecil aku selalu dipanggil "Bim" baik di kalangan keluarga, tetangga, maupun temen-temen sekolah. Karena dari keciil sampe segede ini udah biasa dipanggil dengan sebutan "Bim", jadinya sudah aku patenkan sebagai nama panggilan resmiku(?) TAPI LAGI NIIIIH ada beberapa temen kuliahku yang manggil aku "Mar" yang di mana aku hampir ga pernah denger panggilan itu sama sekali (kecuali orang-orang tua kaya Guru/Dosen yang manggil) dan alhasil panggilan itu membuatku gak nyaman. Like, "Mar" sounds just like Semar or Marimar in my ears gitu makanya geli sendiri dengernya dan aku juga gak merasa terpanggil dengan panggila itu, kadang juga udah aku suruh manggil Bim dan bahkan nama lineku sampe aku ganti jadi "Bim Maulana" biar gaada yang manggil Mar, eh masih aja ada yang panggil Mar. Entahlah padahal ngucap Bim lebih enak kan daripada Mar.
Dari dua issue tersebut, apa yang bisa dipelajari? Pastinya adalah harus lebih menghargai nama. Nama itu anugrah lho dan juga salah satu sole identity di saat kita gak punya apa-apa, jadi ya gaada pilihan lagi selain dijaga dan menjaga nama orang lain. Seharusnya kita lebih memperhatikan perihal nama ini mulai dari singkatan, panggilan, spelling, dan lain-lain. Kalo ketemu orang, biasakan tanya dulu "Namanya siapa? Kira2 biasanya dipanggil apa nih?" kalo misal mau nulis baru tanya "Namamu gimana pengejaannya?" karena gak cuma aku yang punya preferensi nama panggilan, sekeluargaku pun punya. Mamaku namanya "Marmi" lebih suka dipanggil Mi daripada Mar, Papaku namanya Banu lebih suka dipanggil Nu daripada Ban, dan mbak Ayu yang sering dipanggil Yu tapi juga suka dipanggil Ay dan bahkan dia punya banyak panggilan. Jadi once again, usahakan panggil dengan panggilan yang dikehendaki sang pemilik nama, eja dengan benar, dan singkat juga dengan benar. Karena aku respect bgt dari temen-temenku ada yang nanyain "Eh kamu dipanggil apa nih biasanya? Bim atau Mar atau apa?" karena aku selalu memanggil panggilan temenku dengan panggilan yang mereka kehendaki dan kalo ragu aku pasti tanya.
Jadi kesimpulannya, nama panggilanku adalah "Bim" atau panggil "Bims" "Bimsky" "MasBim" juga bisa dan nama lengkapku adalah "Bimar Razak Maulana", jika perlu disingkat pakelah singkatan "Bimar R. Maulana" atau "Bimar Maulana." Kenapa dipanggil "Bim" karena ya dari kecil dah kebiasaan dan ala-ala orang barat kan selalu dipanggil nya syllable depannya kaya misal Johnatan itu John bukan Tan, Tomas itu Tom bukan Mas haha. Mungkin terdengar lebay masalah gini aja dipermasalahkan, tapi balik lagi kita harus menghargai preferance orang lain (if there is any) termasuk perihal nama ini karena banyak orang yang punya issue tentang ini.
Mungkin banyak yang menyepelekan perihal "nama" tapi jangan salah lho karena nama itu adalah salah satu identitas dan mahkota dari semua orang. Tapi masih banyak banget orang yang nyepelein perihal ini, mulai dari misspelling, mispronouncing, etc pokoknya. Jadi aku akhir-akhir ini (actually sejak lama sih) punya sedikit issue yang bersangkutan dengan "nama" dalam beberapa aspek yang mungkin pengen aku ceritain dikit di postingan ini.
Issue di sini yang aku rasakan secara pribadi. Issue nama itu selain misspelling (di mana namaku tidak pernah misspalled), salah satunya issue penyingkatan nama. Jadi penyingkatan nama itu merupakan salah satu hal kruisal buat aku, bukan cuma karena bakal dipake di dokumen resmi tapi juga menunjukan identitas orang tersebut. Nama lengkapku kan "Bimar Razak Maulana" yang di mana memang gausah disingkat aja juga sudah cukup karena kurang dari 20 huruf. Tapi at some point, pasti nama kita akan disingkat, kan? Nah di sini yang kadang aku gak nyaman kalo orang nyingkat namaku dengan singkatan yang gak aku kehendaki. Aku pribadi selalu berkehendak dan menyingkat atau bahkan menghilangkan nama tengahku yang bakal jadinya "Bimar R. Maulana" atau "Bimar Maulana". Kenapa gak "Bimar Razak" atau "Bimar Razak M."?? Yaaa karena aku selalu beranggapan kalau nama yang penting itu nama depan + nama belakang, secara internasional juga gitu kan karena dari kecil aku diajarkan ortu dan kakakku gitu. TAPI NIIIIH sering banget namaku disingkat jadi "Bimar Razak M." which I'm not really comfortable with. Bahkan ada yang nulisnya jadi "Bimar Razak" doang, haduuh kenapa gak tanya gitu lho jadi rasanya ngganjel bgt. Ini terjadi beberapa kali di list nama formal maupun informal. Okelah kalau misal itu dosen yang ngelist karena orang Indonesia memang kecenderungan menyingkat nama belakang (itu aja kadang excelnya ditulis Maulana masih cukup, masih aja disingkat M. hadeeh), nah yang aku sayangkan kalo misal temenku sendiri yang nulisnya gitu padahal mereka tahu akun sosmedku semuanya @bimarmaulana kenapa masih ditulisnya gitu yaa. Next time kudu bisa peka lah ya sama orang
Nah satu issue lagi niih yang bener-bener bikin aku gak nyaman, yaitu nama panggilan. Dari kecil aku selalu dipanggil "Bim" baik di kalangan keluarga, tetangga, maupun temen-temen sekolah. Karena dari keciil sampe segede ini udah biasa dipanggil dengan sebutan "Bim", jadinya sudah aku patenkan sebagai nama panggilan resmiku(?) TAPI LAGI NIIIIH ada beberapa temen kuliahku yang manggil aku "Mar" yang di mana aku hampir ga pernah denger panggilan itu sama sekali (kecuali orang-orang tua kaya Guru/Dosen yang manggil) dan alhasil panggilan itu membuatku gak nyaman. Like, "Mar" sounds just like Semar or Marimar in my ears gitu makanya geli sendiri dengernya dan aku juga gak merasa terpanggil dengan panggila itu, kadang juga udah aku suruh manggil Bim dan bahkan nama lineku sampe aku ganti jadi "Bim Maulana" biar gaada yang manggil Mar, eh masih aja ada yang panggil Mar. Entahlah padahal ngucap Bim lebih enak kan daripada Mar.
Dari dua issue tersebut, apa yang bisa dipelajari? Pastinya adalah harus lebih menghargai nama. Nama itu anugrah lho dan juga salah satu sole identity di saat kita gak punya apa-apa, jadi ya gaada pilihan lagi selain dijaga dan menjaga nama orang lain. Seharusnya kita lebih memperhatikan perihal nama ini mulai dari singkatan, panggilan, spelling, dan lain-lain. Kalo ketemu orang, biasakan tanya dulu "Namanya siapa? Kira2 biasanya dipanggil apa nih?" kalo misal mau nulis baru tanya "Namamu gimana pengejaannya?" karena gak cuma aku yang punya preferensi nama panggilan, sekeluargaku pun punya. Mamaku namanya "Marmi" lebih suka dipanggil Mi daripada Mar, Papaku namanya Banu lebih suka dipanggil Nu daripada Ban, dan mbak Ayu yang sering dipanggil Yu tapi juga suka dipanggil Ay dan bahkan dia punya banyak panggilan. Jadi once again, usahakan panggil dengan panggilan yang dikehendaki sang pemilik nama, eja dengan benar, dan singkat juga dengan benar. Karena aku respect bgt dari temen-temenku ada yang nanyain "Eh kamu dipanggil apa nih biasanya? Bim atau Mar atau apa?" karena aku selalu memanggil panggilan temenku dengan panggilan yang mereka kehendaki dan kalo ragu aku pasti tanya.
Jadi kesimpulannya, nama panggilanku adalah "Bim" atau panggil "Bims" "Bimsky" "MasBim" juga bisa dan nama lengkapku adalah "Bimar Razak Maulana", jika perlu disingkat pakelah singkatan "Bimar R. Maulana" atau "Bimar Maulana." Kenapa dipanggil "Bim" karena ya dari kecil dah kebiasaan dan ala-ala orang barat kan selalu dipanggil nya syllable depannya kaya misal Johnatan itu John bukan Tan, Tomas itu Tom bukan Mas haha. Mungkin terdengar lebay masalah gini aja dipermasalahkan, tapi balik lagi kita harus menghargai preferance orang lain (if there is any) termasuk perihal nama ini karena banyak orang yang punya issue tentang ini.
Sedikit penutup, jadi foto di atas ada mas ganteng Jeff Probst selaku host acara yg lagi megang kertas nama vote di acara CBS Survivor. Di situ tulisannya "Thai Sun", aku mikir kan siapaa itu ehh ternyataaa yg dimaksud itu "Tyson". MasyaAllah bikin ngakak sumpah kok bisa misspelling sejauh itu. Padahal Jeff udah bilang ke semua peserta kalo bisa jangan ada yg misspelling, karena menulis nama itu salah satu bagaimana kita menghargai orang, ya secara kalo orang barat masalahnya bukan di panggilan atau singkatan tapi di spellingnya (nahloh Jeff aja menghargai perihal ini lho kayanya saking gedegnya di acara ini orang-orang banyak yang misspelled). Kalo misal gatau tulisannya? Ya tanya lah, punya gong kok gak ditabuh hehe.
Yogyakarta, 27 Januari 2021
Ditulis karena ada ide postingan meskipun di tengah-tengah ke-hectic-an skripsi ditemani lagu :
International by Chali 2na ft. Beenie Man
Hummingbird Heartbeat by Katy Perry
Overboard by Justin Bieber ft. Jessica Jarrell
Yogyakarta, 27 Januari 2021
Ditulis karena ada ide postingan meskipun di tengah-tengah ke-hectic-an skripsi ditemani lagu :
International by Chali 2na ft. Beenie Man
Hummingbird Heartbeat by Katy Perry
Overboard by Justin Bieber ft. Jessica Jarrell